Membaca Spritualisme Bung Karno


“Islam tidak menyuruh orang duduk termenung sehari-hari di dalam masjid memutar tasbih, tetapi Islam adalah perjuangan”, ujar Mustafa Kemal Pasha Ataturk pendiri sekaligus Presiden pertama Republik Turki. Sejalan dengan Kemal Ataturk, Proklamator RI Sukarno mempunyai pemahaman yang hampir sama mengenai Islam, yaitu bahwa Bung Karno memiliki pemahaman bahwa Islam itu adalah kemajuan. Artinya Bung Karno tidak menghendaki segala bentuk praktik dalam Islam yang mengkerdilkan potensi umat dalam halmenyalakan peradaban Islam,
Di sini penulis akan sedikit mengulas tentang sisi spritualisme Bung Karno, mengingat beliau adalah Presiden RI yang telah Tuhan anugerahkan banyak potensi sekaligus Pemimpin Indonesia yang unik dan luar biasa, meskipun tidak bisa dibantah beliau adalah manusia dengan mempunyai kesalahan. Sebelum menelusuri lebih lanjut, alangkah baiknya kita mengetahui definisi spritualisme itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Spritualisme adalah aliran filsafat yang mengutamakan kerohanian. Jadi bisa diambil pengertian bahwa yang namanya spritualisme berkaitan dengan paham mengenai keagamaan seseorang dan bagaimana orang tersebut berkomunikasi/ berhubungan dengan Tuhannya. Mengingat Bung Karno adalah seorang Muslim, maka kita bisa lihat bagaimana pemikiran, ide dan gagasan beliau mengenai Islam. Bung Karno adalah salah satu Putera terbaik bangsa dengan gelar 26 Doctor Honoris Causa dari berbagai Universitas di dalam maupun luar negri. Artinya Bung Karno adalah seorang tokoh yang diakui oleh berbagai lembaga pendidikan. Jadi banyak pemkiran beliau tentang berbagai hal, terutama mengenai Islam yang menjadi rujukan para intelektual hingga sekarang.
Bung Karno mendapat banyak pencerahan mengenai Islam lewat surat-surat yang beliau sampaikan kepada A. Hassan, seorang guru Persatuan Islam di Bandung. Bung Karno berdiskusi serta menyampaikan gagasannya kepada A. Hassan melalui surat-surat dari Endeh, sebuah kota kecil di pesisir Pulau Flores NTT, dengan begitu beliau bisa memuaskan dahaga pengetahuannya mengenai Islam. Salah satu inti agama Islam adalah Tauhid dan Bung Karno mempunyai konsepsi mengenai hal tersebut, yaitu tauhid yang membebaskan artinya tidak mendikotomikan anatara agama dan ilmu pengetahuan/ science, yaitu tauhid yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis.
 Sementara itu Prof Farid Wadji, sebagaimana dikutip Bung Karno, berpendapat; “ Agama Islam hanyalah dapat berkembang betul, bilamana ummat Islam memperhatikan benar-benar akan tiga buah sendinya yaitu kemerdekaan roh, kemerdekaan akal, dan kemerdekaan pengetahuan.
Hanya dengan kemerdekaan inilah, kata Bung Karno, kita bisa melakukan penyelidikan kembali, reorientasi yang sempurna terhadap pokok-pokok agama Islam. Bung Karno mengajak ummat Islam untuk tidak hanya memahami ajaran Islam secara simbolis belaka lebih dari itu beliau menganjurkan kepada ummat Islam agar memahami Islam secara esensial dan komperhensif.
   Selain hal di atas, dalam sebuah buku “ Bung Karno dan Wacana Islam”  dikatakan bahwa Islam adalah agama amal atau “Islam  is the gospel of action”, artinya Islam adalah agama yang senantiasa  menganjurkan kepada umatnya untuk tidah hanya berdiam diri menerima nasib, namun senantiasa mengambil langkah serta tindakan dalam berbuat kebajikan, dan hal tersebut sejalan dengan konsep Bung Karno mengenai Islam yaitu agama yang tidak hanya mengajarkan untuk sekedar menerima dan berdiam diri menerima keadaan, namun harus berani merubah keadaan itu sendiri. Hal lainnya mengenai spritualisme bung karno yaitu mengenai konsepsi Ketuhanan, yang menyatakan dalam meyakini adanya Tuhan ada tiga tingkatan yaitu ainul yaqin. Ilmul yaqin dan haqqul yaqin. Sebagimana juga disebutkan dalam buku tersebut bahwa ainul yaqin berati meyakini adanya Tuhan dengan perantara panca indera, ilmul yaqin berarti meyakin adanya Tuhan dengan peantara ilmu atau akal dan haqqul yaqin bearti meyakini adanya Tuhanan karena orang tersebut benar-benar merasakan akan adanya Tuhan.
Sebelum mengakhiri tulisan ini saya kutip pernyataan beliau yaitu. “Dari jiwa yang Islamnya hanya raba-raba sahaja menjadi jiwa yang Islamnya yakin, dari jiwa yang mengetahui adanya Tuhan, tapi belum mengenal Tuhan menjadi jiwa yang sehari-hari berhadapan dengan Dia, dari jiwa yang banyak berfalsafah ke-Tuhan-an itu menjadi jiwa yang sehari-hari menyembah kepadanya .” (Sukarno:342)
Akhirnya saya simpulkan bahwa spritualisme Bung Karno adalah suatu sprtiualisme yang tidak menghilangkan peran akal dan pengetahuan dalam memahami agamanya dengan tetap menjadaikan Al-Quran dan Hadis sebagai rujukan utama. Artinya Bung Karno adalah muslim yang taat beragama namun tidak secara doktriner, sebaliknya melalui pemikiran yang logis serta perenungan yang mendalam. Jadi dimensi spritualisme Bung Karno berkaitan erat antara hubungan dengan pencipta serta dengan sesama manusia, dan tidak pula menolak perubahan zaman karena  menurut beliau Islam tidak hanya bisa diartikan secara harfiah tekstual namun sesuai dengan kontekstual atau kondisi zaman.
Penulis : Muhammad Aufal Fresky (Kader Penggerak NU)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

Punya Pertanyaan? Yuk Ngobrol Dengan Kami. Tim Kami Sedang Online

Admin Web Yayasan